mahasiswa saya satu ini memang berbeda dengan mahasiswa saya yang lain. bukan mengecilkan arti yang lain, tetapi anak ini memang beda. maksud saya karakternya yang lemah membutuhkan perhatian lebih dibandingkan anak-anak yang lain.anak ini bertempramen kuat [kalau tidak mau disebut keras kepala], sering emosional dan tidak bisa mengendalikan emosinya itu [kalau tidak mau disebut cengeng], kurang fokus, childish, kurang peka terhadap lingkungan sosialnya, cuek, mungkin juga introvert. ada bagian dari dirinya yang mungkin bagi kebanyakan orang disekelilingnya menjadi sumber ketidaknyamanan. ya sikap cuek dan acuhnya tadi. dari sudut pandang saya yang mencoba melihat dari berbagai sisi, saya berkesimpulan mereka bisa berfikiran seperti itu karena mereka [orang-orang itu] memang tidak mengenal dia secara utuh_maksud saya mahasiswa saya itu.tadi dia benar-benar frustasi dengan KHS semester II dan III nya. hasilnya memang sangat tidak memuaskan. ada 3 mata kuliah yang mendapat nilai D dan dua mata kuliah yang mendapat E. itu berarti 5 mata kuliah dia harus mengulang tahun ini, dan 2 diantaranya harus mengikuti proses perkuliahan untuk mendapatkan nilai dari absensi. sementara dia juga berkewajiban mengikuti perkuliahan semester IV. kalau air matanya bisa saya tampung mungkin saya bisa mengumpulkan 1 ember besar air matanya itu [lebay...]. dengan segenap kemampuan dasar psikologi yang saya dapat dari bangku kuliah dan sedikit improvisasi yang saya pelajari secara otodidak, saya berusaha menenangkan. membantu menguraikan benang kusut yang ada di didirinya. saya menganalis keadaannya yang sedikit banyak sudah saya ketahui dari beberapa kali curhatnya. memasuki usia remaja memang banyak kondisi yang sangat complicated. mulai dari masalah pribadi, sosial sampai masalah dalam pemilihan karir. masalah pribadi sendiri banyak contoh kasusnya, mulai dari problematika urusan asmara (cinta dan pacar), konflik dengan orangtua, kehilangan sahabat atau orang yang dicintai, sentimen dengan dosen, kurang fokus dalam perkuliahan dan sebagainya. belum lagi masalah dengan lingkungan dan interaksi sosialnya.
para remaja yang memang memiliki karakteristik "pen-debat" dan "gue gitu loh..!" seringkali menyikapi keadaan sekitarnya secara frontal dan bersikap sebagai pihak oposisi. menganggap diri sebagai orang yang paling benar meski kadang jauh di dalam hati mereka seringkali membenarkan orang-orang sekitarnya yang mereka anggap sebagai pihak lawan / oposisi. karena gengsi dan harga diri yang seolah dipertaruhkan maka mereka tetap berada pada keteguhan pendiriannya. itulah remaja. dan mahasiswa saya yang memang rata-rata berada pada tahap perkembangan remaja seringkali mengalami masalah seperti itu.
saya sendiri yang baru hitungan bulan belajar sebagai dosen dalam artian pengajar dan pendidik, lebih menganggap peserta didik sebagai adik atau kawan saya. karena dari segi usia saya dengan kebanyakan mahasiswa saya hanya berbeda beberapa tahun saja, seperti adik saya sendiri. beberapa malah ada yang seumuran dan lebih tua dibanding saya. makanya istilah yang kemudian saya ciptakan sendiri adalah "dosen sama dengan sahabat". karena proses pembelajaran kalau dilaksanakan bersama seorang sahabat akan terasa lebih indah dan memberi kesan kan?? dari pada musti belajar dalam situasi yang formil dan kaku.yah, dosen memang bukan profesi yang hanya berkutat pada urusan pengajaran. kadang kita juga beperan sebagai sahabat untuk mahasiswa kita tentunya dengan tidak mengurangi wibawa kita sebagai sang guru bagi mereka tapi dengan begitu juga bukan berarti kita berperan sebagai seorang yang maha tau segalanya. kata sahabatlah yang rasanya cocok untuk kita dalam kondisi seperti ini. kondisi dimana ada mahasiswa kita yang butuh perhatian khusus [bimbingan] dari kita_dosennya. seperti mahasiswa yang diatas saya bicarakan. disaat dia frustasi dengan IP anjlok sampai 1 koma sebagai seorang dosen bukan berarti kita membiarkannya atau malah memarahainya dan terus menekannya dengan doktrin2 yang gak penting banget seperti kebanyakan dosen [yang sering saya temui waktu di bangku kuliah]. justru disaat seperti itulah mahasiswa benar-benar perlu mentor dan sahabat yang bisa membangkitkan kembali semangat dan motivasi belajarnya. dan membantu membawanya keluar dari masalah itu dengan membimbing mencarikan solusinya. dengan begitu si mahasiswa juga merasa dihargai dan disayangi, bukan malah merasa diacuhkan dan dikecilkan artinya. setidaknya itu yang saya rasakan dari sudut pandang saya sebagai seorang mahasiswa yang tidak terlalu cerdas dan sebagai dosen junior yang masih hijau.wallahu'alam.
Friday, April 17, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment